REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ada pemandangan berbeda dari Istana Kepresidenan Yogyakarta pada Ahad (16/9) ini. Pasalnya, sudut-sudut yang biasa eksklusif untuk acara-acara kepresidenan dapat dikunjungi sebagai tujuan wisata.
Kunjungan sendiri dilakukan tidak kurang 500 anak-anak yatim Kota Yogyakarta. Sebanyak 400 anak yatim berasal dari panti-panti asuhan dan 100 anak yatim berasal dari sekitaran Kota Yogyakarta.
Pada kesempatan itu, anak-anak berkesempatan mengelilingi Istana Kepresidenan dalam rangka Wisata Religi dan Edukasi. Kegiatan itu digelar Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta.
Kegiatan itu terbilang istimewa, lantaran mengunjungi tempat-tempat yang memang tidak setiap hari dibuka untuk umum. Mulai Kraton Yogyakarta, Masjid Gedhe Kauman sampai Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Untuk Istana Kepresidenan Yogyakarta, anak-anak itu tidak cuma diizinkan untuk berkeliling halaman seluas 43.585 meter persegi itu. Mereka boleh menelusuri gedung-gedung dari komplek yang berada di ujung Jalan Malioboro tersebut.
Bahkan, anak-anak boleh mengunjungi Museum Istana Yogyakarta sampai kantor-kantor resmi yang ditempati Presiden RI. Ternyata, itu semua memang telah menjadi rencana ke depan untuk bangunan yang diarsitekti A Payen tersebut.
"Wisata memang jadi pemikiran kami selama ini, dan kami akan membuka Istana Kepresidenan Yogyakarta ini selebar-lebarnya kepada masyarakat, khususnya Kota Yogyakarta Kepala Istana Kepresidenan Yogyakarta, Syaifullah, Ahad (16/9).
Berada tepat di seberang dengan Museum Benteng Vredeburg, Istana Yogyakarta lebih sering disebut Gedung Agung. Hal itu dilakukan untuk membedakan dengan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dibangun sekitar 1823, gedung itu semula merupakan kediaman resmi residen Belanda ke-18 bernama Anthonie Hendriks Smissaert. Tapi, beberapa bangunan bahkan telah dibangun sejak 1815an.
Di pintu gerbang, masyarakat disambut dua patung Dwarapala setinggi dua meter dengan ular yang melingkari badannya. Ada pula gada dan pisau yang keduanya berasal dari biara sebelah selatan Candi Kalasan.
Dua monumen itu memiliki kembaran yang ada di Istana Merdeka dan Museum Sonobudoyo yang ada di Alun-Alun Utara. Namun, untuk kunjungan, memang tidak semua tempat boleh diabadikan dengan jepretan kamera.
Tapi, Syaifullah memastikan, Istana Kepresidenan Yogyakarta memang akan dibuka untuk wisata. Bahkan, Istana Kepresidenan Yogyakarta berencana menyediakan fasilitas jemputan bagi yang mau lakukan kunjungan wisata.
"Khusus masyarakat Kota Yogyakarta yang akan berwisata pada Ahad kami siapkan jemputan, tidak dipungut biaya apapun, kami telah minta disiapkan khusus bus dari Jakarta dua," ujar Syaifullah.
Ia mengungkapkan, selama ini orang-orang yang datang melakukan kunjungan justru banyak berasal dari luar Kota Yogyakarta, atau luar DIY. Mulai dari Sumatra, Kalimantan, bahkan Sulawesi.
Untuk itu, ia merasa masih banyak masyarakat Kota Yogyakarta yang belum mengetahui isi Istana Kepresidenan Yogyakarta. Karenanya, Istana Kepresidenan Yogyakarta akan dibuka untuk wisata.
Syaifullah menceritakan, sudah dua tahun terakhir ini Istana Kepresidenan Yogyakarta meminta Kepatihan untuk mengundang tokoh-tokoh Kota Yogyakarta. Terutama, untuk datang setiap peringatan 17 Agustus.
Mulai lurah-lurah, 17 Agustus malah telah mengundang RW-RW untuk datang. Dari sana, Istana Kepresidenan Yogyakarta mencoba memberikan sosialisasi tentang dibukanya tempat tersebut untuk wisata.
Selain itu, Syaifullah menambahkan, Istana Kepresidenan Yogyakarta akan dibuka untuk kunjungan wisatawan-wisatawan mancanegara. Bahkan, sudah disediakan sarung untuk mereka yang datang bercelana pendek.
"Semua itu kita lakukan karena kita ingin membumikan Istana Kepresidenan Yogyakarta kepada masyarakat," kata Syaifullah.
https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/09/16/pf5dm7291-istana-kepresidenan-yogyakarta-dibuka-untuk-wisata
No comments:
Post a Comment