Pages

Thursday, August 23, 2018

Bekas Tukang Lipat Parasut Itu Sumbang Medali Emas Lagi

Jafro beruntung karena rumahnya hanya berjarak 500 meter dari tempat pendaratan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah di hari pertama berhasil meraih satu medali emas dan satu medali perak, tim paralayang Indonesia kembali merebut dua medali Asian Games 2018. Pada Kamis (23/8) ini, Indonesia menambah pundi-pundi medali, satu emas dan satu perunggu.

Jafro Megawanto berhasil menjadi yang terbaik dalam nomor ketepatan mendarat perorangan putra. Ia meraih angka terbaik 27. Medali perak diraih atlet Thailand Jirasak Witeetham dengan nilai 49, dan medali perunggu direbut atlet Korea Selatan Lee Chulso yang mengoleksi nilai 128.

Bagi Jafro ini medali emas keduanya setelah sehari sebelumnya memastikan meraih emas di nomor ketepatan mendarat beregu putra. "Tidak sia-sia kami latihan di sini (Gunung Mas Puncak) selama 1,5 tahun. Dari awal sudah optimistis untuk meraih yang terbaik,” ujarnya kepada media. "Lawan yang dari Thailand memang sering bertemu. Terakhir kali saat ajang Kejuaraan Dunia Paralayang di Thailand tahun lalu.”

Sebelum menjadi atlet paralayang, Jafro merupakan tukang lipat parasut. Namun, ia tidak sekadar melipat. Diam-diam Jafro memiliki mimpi untuk menjadi pilot paralayang.

“Awal mula saya mengenal paralayang itu saat menjadi tukang lipat parasut. Setelah itu ada manajer merekrut saya untuk menjadi atlet. Saya disekolahkan dan diinstruksikan di sekolah paralayang sampai akhirnya dapat lisensi,” kata Jafro mengenang.

Jafro beruntung karena rumahnya hanya berjarak 500 meter dari tempat pendaratan. Tak heran jika sejak kecil pria kelahiran Malang, 18 Maret 1996, ini sudah akrab dengan olahraga esktrem paralayang. Tepatnya sejak usia 13 tahun. “Awal mula jadi paraboy sejak kelas 2 SMP, umur 13 tahun. Melihat teman-teman melipat parasut dan mendapatkan upah sebesar lima ribu rupiah,” jelasnya.

Keberhasilan di nomor perorangan putra tidak diikuti di sektor putri. Rika Wijayanti, yang menjadi andalan Indonesia hanya meraih medali perunggu. Medali emas diraih atlet Thailand Nunnapat Phuchong dengan nilai 77, medali perak dirah atlet Korea Selatan Lee Da Gyeom. Rika hanya menorehkan nilai 120.

Rika Wijayanti mengaku pencapaiannya sudah maksimal. “Tadi memang ada meleset di ronde ke delapan. Tapi lawan memang bagus,” ujarnya kepada Republika.co.id.

Rika berharap di nomor selanjutnya yakni cross country, ia bisa mendapat hasil yang lebih baik lagi. “Paralayang sudah melampaui target yakni meraih dua emas, jadi di pertandingan selanjutnya saya akan tampil lebih lepas. Mohon doanya agar meraih yang terbaik,” jelasnya.

Asisten pelatih paralayang Teguh Maryanto menambahkan, sebenarnya Rika juga diprediksi bisa meraih emas. Tapi memang Nunnapat masih superior hari ini. "Rika tadi ada yang meleset. Sisanya ada faktor non-teknis apalagi kami mainnya di udara. Juara dunia bisa terpeleset tidak seperti olahraga lainnya,” ujarnya.

Atas prestasi Jafro, Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia Syafruddin menyambut dengan penuh rasa syukur. “Alhamdulillah. Ini prestasi yang membanggakan Indonesia. Selamat atas perjuangan panjang Jafro sehingga bisa menjadi yang terbaik dan menambah perolehan emas tim Indonesia,” katanya.

Dengan kemenangan Jafro, maka Indonesia sudah meraih dua emas, satu perak, dan satu medali perunggu di cabang olahraga paralayang. Hasil ini sama dengan yang diraih Thailand. Selanjutnya paralayang akan melombakan nomor cross country atau alam bebas.

Let's block ads! (Why?)

https://republika.co.id/berita/asian-games/bintang-asia/18/08/23/pdwwez438-bekas-tukang-lipat-parasut-itu-sumbang-medali-emas-lagi

No comments:

Post a Comment