Pages

Sunday, September 16, 2018

Si Pesaing Juve yang Kini Sedang Tersendat

Ada sejumlah faktor yang kerap dijadikan alibi terkait penampilan buruk Inter.

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Hanya satu kemenangan dari empat laga awal sudah cukup membuat Inter Milan melakoni start terburuk di Serie A Liga Italia sejak musim 2014/2015. Satu-satunya kemenangan yang bisa diraih tim besutan Luciano Spalletti itu adalah saat membungkam Bologna 3-0, sebelum jeda internasional, dua pekan lalu.

Sisanya, I Nerazzurri menanggung malu. Pertama, saat dikalahkan Sassuolo 1-0 di laga perdana Serie A, kemudian ditahan imbang Torino, 2-2, pada pekan kedua. Terakhir, kala gol semata wayang Federico Di Marco membawa Parma mempermalukan Inter Milan di kandangnya sendiri, Stadion Giuseppe Meazza, Sabtu (15/9) waktu setempat.

Tidak hanya itu, kekalahan 0-1 dari Parma ini pun menambah panjang rekor buruk Inter tiap berlaga di Stadion Giuseppe Meazza. Kekalahan itu menjadi kekalahan ketiga dari empat laga kandang terakhir Inter Milan di kancah Serie A, termasuk saat dikalahkan Juventus 2-3 di pengujung akhir musim lalu.

Sementara di klasemen sementara Serie A, posisi Inter pun merosot drastis. Hingga pertengahan giornata keempat, Ahad (16/9) waktu setempat, klub yang finis pada peringkat keempat Serie A musim lalu itu berada di peringkat ke-13 dengan raihan empat angka dari empat laga. Awal yang begitu buruk buat tim yang sebelumnya digadang-gadang menjadi salah satu pesaing terberat sang juara bertahan, Juventus, dalam perebutan gelar scudetto Serie A musim ini.

Memang sebelum Serie A ini bergulir, sejumlah media Italia menyebut Inter sebagai ''Anti Juve'' lantaran barisan pemain yang dimilikinya. Namun, begitu kompetisi bergulir, status ini seolah menguap begitu saja.

Ada sejumlah faktor yang kerap dijadikan alibi terkait penampilan buruk Inter. Mulai dari cedera yang masih dialami sejumlah penggawa andalannya, seperti Mauro Icardi, Lautaro Martinez, dan Sime Vrsaljko, kemudian soal belum berjalannya taktik dan strategi yang diinginkan sang pelatih, Luciano Spalletti, hingga mentalitas bertanding.

Untuk poin terakhir, laga kontra Torino dapat dijadikan acuan. Sempat unggul dua gol terlebih dahulu, La Beneamata justru kebobolan dua gol pada babak kedua.

Spalletti menyatakan, anak-anak asuhnya tidak mampu keluar dari tekanan yang terus diberikan oleh Torino. Akhirnya, torehan tiga angka buyar begitu saja. Catatan juga diungkapkan Spalletti saat timnya menang atas Bologna 3-0.

Menurut mantan pelatih AS Roma itu, dengan kualitas pemain yang dimilikinya, Inter seharusnya bisa memastikan keunggulan lebih awal. Di laga itu, Inter baru mencetak gol pada menit ke-66. Kurangnya kreativitas dan tumpulnya lini depan menjadi penyebab kondisi tersebut. Kegagalan menyelesaikan problem ini akhirnya dibayar mahal di laga kontra Parma.

Menguasai laga dengan 72 persen penguasaan bola dan terus mengurung pertahanan Parma, Inter kecolongan lewat gol spektakuler Di Marco pada 10 menit akhir laga. Buat Inter dan Spalletti, kekalahan dari Parma tentu menjadi kekalahan menyakitkan.

Kini, tidak ada alasan lagi buat Inter untuk tampil layaknya tim semenjana. Terlebih, tantangan tidak hanya tersaji di kancah Serie A, namun juga di arena Liga Champions.

''Saat Anda hanya bisa mengumpulkan empat angka dari empat laga dan kalah dua kali di depan pendukung sendiri, rasanya sulit untuk mencari alasan lagi. Dengan kualitas pemain yang kami miliki, kami seharusnya tidak boleh membuang banyak peluang,'' ujar Spalletti usai laga kontra Parma seperti dikutip laman resmi klub.

Let's block ads! (Why?)

https://bola.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-italia/18/09/16/pf563k438-si-pesaing-juve-yang-kini-sedang-tersendat

No comments:

Post a Comment